Friday, September 17, 2010

Anger Management


Beberapa jam yang lalu gw sempat berdebat dengan salah satu "mantan" sahabat. Dan ini mengingatkan gw dengan seseorang yang pernah ada di dalam kehidupan gw.
Iyah..mantan..dulu kami begitu dekat dan entah kenapa sekarang dia seperti dirasuki setan, penuh kebencian terhadap gw dan sahabat-sahabat lamanya.

Namanya Elister, dia lahir di sebuah pulau di seberang pulau jawa. Tapi percayalah ini bukan masalah ras atau suku, karena gw lahir dan hidup dengan lingkungan demokratis serta terbiasa dengan lingkungan heterogen dari beberapa suku dan agama dalam keluarga besar gw, dan ga ada yang salah dengan itu.
Gw, Elister, dan Eno dulu sangat dekat.. Tapi suatu hari -sampai sekarang ga tau kenapa- tiba-tiba diam dan menghilang begitu saja. Kami coba untuk menghubunginya, mengunjunginya, dan menanyakan kenapa sebenarnya dia, tetapi usaha kami cuma bertahan beberapa hari, setelah itu dia pun kembali diam tanpa sebab.

Di pertengahan bulan Agustus, seperti feeling seseorang yang pernah dekat, tiba-tiba gw merindukannya, dan benar saja, besok harinya dia menghubungi gw. Dia minta maaf atas semuanya, dan ingin kembali lagi bersama kami.
Seperti seorang gembala yang menemukan dombanya yang hilang, gw sangat senang, malahan gw menangis terharu membaca kalimat-kalimatnya yang tertulis di sebuat instant messanging.
Dan dia pun berkata kalau dia menangis.
Sama sekali ga ada perasaan yang mengganjal saat itu, semuanya lebur karena kerinduan gw sama dia, jauh lebih kangen dari rasa kangen untuk pacar gw.
Satu yang gw pikirkan saat itu, ingin cepat-cepat bertemu, memeluknya dan bercerita-cerita seperti dulu.
Sejak hari itu kami lumayan sering bertegur sapa lewat chatting, beberapa kali dia mengajak untuk kopi darat tapi gw ga bisa. Dan di hari senin kurang lebih seminggu dari kembalinya dia, seperti biasa gw bergurau di chatting dan tanpa sadar gw mengucapkan kata-kata yang mungkin dia ga suka. But it's just a joke!!
Gw lupa kalimatnya seperti apa tapi intinya gw bilang agatha pacar dia. Itu juga cuma secara explisit aja. Dan kalaupun ada yang ngatain gw pacaran sama Eno juga gw ga akan marah karena gw tau orang itu cuma becanda. Segera Elister mengucapkan kata jahat dan mematikan account chattingnya.
Seketika ingatan-ingatan buruk tentang dia muncul. darah mengalir naik ke otak dan terucap dari ketikan jari-jari gw :
"Kasian, pasti lo ga punya temen ya, hidup lo penuh kemarahan!!"
Ini menjadi puncak kemarahan gw setelah sekian lama gw sm eno berusaha demi dia, Facebook gw di remove dari friend listnya, di chat dia bilang gw babi, dan sekarang dengan hal sepele kayak gini dia marah lagi, dan mungkin dia berharap gw ngemis-ngemis minta maaf ke dia, dan gw katakan I'm done!! Siapa dia?! Segitu pentingnya dia?

Dua hari setelah itu gw dapet kabar dari temen sekantornya kalau dia nangis karena baca kalimat gw itu dan dia benar-benar beranggapan kalau gw mengira dia seorang lesbian.
Sesempit itu kah pikirannya? Tapi gw lebih marah ke diri gw sendiri kenapa gw bisa sekejam itu sama orang yang pernah dekat dengan gw.
Seharusnya kasih bisa mengalahkan kemarahan gw. Tetapi gw lebih berpihak kepada emosi, dan gw menyesal.
Dengan sepenuh hati gw meminta maaf, gw bener-bener nyesel dan sekarang gw memohon untuk dia bisa memaafkan gw dan kembali lagi seperti dulu. Dia pun menanggapinya dengan baik.
Gw kira masalah selesai sampai disitu, gw kira kisah ini bakal happy ending, tapi engga, sampai gw baca beberapa tulisan dia di account Facebooknya.
Dia mengecam negara ini yang menurut dia ga adil terhadap agama minoritas, dengan menyebutkan kalau menteri agama hanya dipilih dari agama itu-itu saja. bla bla bla...
Gw dan Eno berusaha meredakan sedikit ketegangan karena status berbau SARA ini karena beberapa orang dari agama mayoritas sudah mulai ga enak commentnya. Tapi apa yang kita dapat??
Dendamnya ternyata lebih besar dari kasihnya untuk gw.
Tiba-tiba aja dia mengibaratkan dirinya seorang domba yang di tendang oleh empunya dan domba itu ga berpikir untuk kembali lagi kepada empunya.

Terakhir dia meng-update status nya " Forgiveness in life...(teori sih gampang..tapi prakteknya??)

Gw akui gw termasuk orang yang sangat emosional dan mudah tersinggung, dulu sedikit aja orang menyinggung gw, gw akan meluncurkan kata-kata pedas untuknya. Tetapi gw punya teman-teman yang bisa mendinginkan gw. Setidaknya hasrat gw untuk marah-marah sudah jauh berkurang ketika gw mendengar nasihat atau sekedar guyonan sahabat-sahabat gw. Dan gw sudah belajar sekuat tenaga untuk mengontrol emosi ini.
Gw juga sudah terbiasa di lingkungan dengan berbagai macam latar belakang, Katolik, Kristen, Islam, Hindu, Jawa, Cina, Batak, Padang, semua itu ada di dalam keluarga besar gw.
Gw pikir sangat ga bijaksana untuk mem-publish kemarahan dia apalagi kemarahan berbau SARA.
It's a quite more childish than the anger itself.
Apa salahnya menjaga perasaan orang lain, apa ruginya ketika kita menghargai orang lain, toh kejadian-kejadian berbau SARA itu hanya dilakukan oleh segelintir orang yang mengatasnamakan agama.

Satu lagi yang sebenarnya ingin gw sampaikan ke dia. Tentang manfaat dendam di dalam diri kita. Semua orang pernah terluka, semua orang pernah tersakiti, semua orang pernah dijatuhkan, dan semua itu bisa sembuh hanya dengan memaafkan.
Dengan dendam apa yang kita dapat? Bahagia? Bukan.
Dengan dendam kita semakin terpuruk, dengan dendam kita semakin sakit, dan ga ada yang berkembang dalam dendam selain rasa kebencian.

Seperti kata Collin Powell : Get mad, then get over it. Kita berhak untuk marah tetapi selesaikan itu cepat, karena kemarahan dan dendam akan menimbulkan siklus permusuhan tiada akhir dan cuma satu yang bisa mencegahnya yaitu memaafkan.

0 comments:

Post a Comment